Beberapa film Indonesia yang dilarang tayang di Indonesia mendapat sambutan baik penghargaan di luar negeri. Pencekalan terhadap film-film tersebut karena mengandung unsur SARA dan pornografi juga dianggap tidak sesuai dengan fakta.
Beberapa film dengan tema sensitif dinilai dapat menimbulkan keresahan jika tetap ditayangkan. Oleh karena itu, Badan Sensor Film Indonesia semakin ketat dalam memutuskan perihal film yang dapat tayang di layar lebar. Berikut adalah film-film yang dicekal penayangannya di Indonesia:
1. Lady Terminator (1989)
Banyak yang tidak menyangka jika ini adalah film asli Indonesia, karena judulnya yang menggunakan bahasa Inggris dan Bule yang ada di trailer-nya. Bercerita tentang pembalasan Ratu Kidul yang mengusung genre horor aksi. Dibintangi oleh Barbara Anne Constable dan Yurike Prastika, Lady Terminator menjadi film Indonesia yang dilarang tayang di Indonesia pertama.
Tayang lebih dahulu di beberapa negara lain seperti Perancis, Thailand, Amerika Serikat, Italia, dan Jepang. Meski demikian film ini go internasional tetapi dicekal penayangannya di dalam negeri karena mengandung unsur kekerasan dan pornografi.
2. Merdeka 17085 (2001)
Film ini merupakan hasil kolaborasi antara rumah produksi Jepang bernama Toho dan Rafi Film, rumah produksi Indonesia yang menggunakan artis dan aktor dari kedua negara. Film ini berdasarkan kisah dramatis seorang tentara Jepang yang ikut perang dalam kemerdekaan Indonesia. Setelah produksi selesai dan siap ditayangkan, film ini menuai banyak kontroversi hingga akhirnya dicekal penayangannya di Indonesia.
Alasannya adalah film ini dianggap bertentangan dengan sejarah yang sebenarnya dan terdapat beberapa adegan yang dikhawatirkan akan melukai perasaan masyarakat Indonesia hingga merusak hubungan kedua negara ini. Walaupun dilarang di Indonesia, film ini menuai sukses di Jepang, sampai meraup keuntungan 550rb Yuan.
3. The Act of Killing (2012)
Film yang dikenal dengan judul Jagal ini menjadi film yang paling kontroversial di Indonesia. Walaupun mengisahkan tentang sejarah Indonesia, tetapi film ini tidak dibuat oleh orang Indonesia. Sutradara film ini berasal dari Amerika Serikat bernama Joshua Oppenheimer yang mencoba melihatkan sisi lain pasca peristiwa G30S PKI.
Mendapatkan award di ajang bergengsi BAFTA pada tahun 2015, Jagal tetap menjadi film Indonesia yang dilarang tayang di Indonesia. Banyak pihak khawatir jika ditayangkan di layar lebar akan menghidupkan kembali jiwa komunisme.
4. Something in The Way (2013)
Sutradara Teddy Soeriaatmadja memang tidak menawarkan film ini untuk tayang di Indonesia. Sebab dua tahun sebelumnya film arahannya yang berjudul Lovely Man yang yang bercerita tentang prostitusi waria juga menuai kontroversi. Meski mendapat cekal Something in The Way masuk dalam Festival Berlin, sebuah ajang khusus film-film kontroversi.
Reza Rahadian pemeran utama dalam film ini berperan sebagai Ahmad, seorang sopir taksi yang rajin beribadah tetapi kecanduan pornografi. Ahmad merasa berdosa ketika berhubungan dengan seorang pelacur yang diperankan Ratu Felisha, dan ingin menikahinya. Film ini dicekal karena mengandung 2 tema sensitif yaitu agama dan seks.
Baca juga: 10 Lagu K-Pop Paling Populer Sepanjang Tahun
5. Look of Silence (2015)
Sutradara film ini adalah Joshua Oppenheimer, sama seperti The Act of Killing ciri khas film ini adalah storytelling-nya. Film ini diluncurkan di Festival Film Venezia dan mendapatkan sambutan yang begitu baik.
Film ini kena cekal penayangannya di Indonesia, disebabkan oleh banyak yang tidak suka dengan sutradaranya. Namun, apabila dilihat secara objektif, pencekalan ini disebabkan oleh isi ceritanya tentang kehidupan keluarga mantan anggota PKI. Walaupun tidak tayang di bioskop, film ini dapat ditonton di Layarkaca21 yang menyediakan berbagai film termasuk yang kontroversi.
Dari daftar film Indonesia yang dilarang tayang di Indonesia tersebut, menandakan bahwa sensor Indonesia terhadap film yang tayang begitu ketat. Masih banyak film lain yang diijinkan tayang dan tentunya tidak saja menghibur tetapi juga aman untuk ditonton. Pada akhirnya, bijak memilih tontonan kembali pada diri masing-masing.